Dr. Beslina Siagian, S.Pd, M.Si, Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan, berhasil mempertahankan Disertasi Doktornya di Program S3 Linguistik USU yang berjudul “Kolokasi Nomina Adjektiva Bahasa Batak Toba: Kajian Semantik Kognitif.” Para penguji yang hadir antara lain: Prof. Dr. Drs. Mulyadi M.Hum, Prof. Amrin Saragih, MA, PhD, Rahmadsyah Rangkuti, MA, PhD, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Berataha, MA, Prof. T. Silvana Sihar, MA, PhD, dan Dr. Mahriyuni, M.Hum.

Dalam disertasinya, dia menyatakan bahwa kolokasi adalah fenomena bahasa yang menarik perhatian para peneliti dari berbagai bidang linguistik dan komputasional. Banyak penelitian sebelumnya meneliti kolokasi dari sudut pandang hubungan makna antara kata-kata, tetapi penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus pada kajian semantiknya. Namun, kolokasi sebagai komponen linguistik, baik dalam bentuk maupun maknanya, merupakan manifestasi dari struktur konseptual yang mencerminkan kemampuan kognitif manusia. Oleh karena itu, penelitian ini menyelidiki kolokasi nomina adjektiva dalam bahasa Batak Toba dengan menggunakan pendekatan semantik kognitif.

Penelitian ini menjawab lima rumusan masalah, yaitu pola dan kategorisasi nomina adjektiva, perbedaan tipe semantis adjektiva, pembentukan dan pemaknaan kolokasi, serta pemahaman penutur tentang kolokasi nomina adjektiva dalam bahasa Batak Toba. Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini memanfaatkan data tulis, lisan, dan angket sebagai data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui metode simak dan metode cakap, sementara analisis data menggunakan metode padan dan distribusional.

Hasil penelitian disertasi Dr. Beslina Siagian, S.Pd, M.Si  menunjukkan bahwa pola kolokasi nomina adjektiva bahasa Batak Toba terdiri dari empat jenis: 1) pola nomina + adjektiva, 2) pola nomina + na + adjektiva, 3) pola nomina + na + so + adjektiva, dan 4) pola nomina + na + so + ra + adjektiva. Kolokasi tersebut cenderung diwarnai oleh metafora pada nomina sebagai inti leksikal. Kategorisasi kolokasi terbagi menjadi tiga kategori: A) kolokasi nomina konkrit dengan adjektiva yang berkaitan dengan dimensi, warna, nilai, usia, dan kecepatan; B) kolokasi nomina bernyawa dengan adjektiva yang juga berhubungan dengan dimensi, warna, nilai, usia, dan kecepatan; dan C) kolokasi nomina insani dengan adjektiva yang mencakup semua ciri semantis adjektiva.

Perbedaan tipe semantis adjektiva , yang diungkap melalui uji kesinoniman, menunjukkan bagaimana penutur bahasa Batak Toba memahami hubungan antara kata-kata dalam kolokasi. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meskipun dua kata bisa dianggap sinonim, tidak semua adjektiva bisa digabungkan dengan nomina yang sama. Pembentukan dan pemaknaan kolokasi menggunakan skema konstruksional, bingkai, dan pemaduan konseptual mengungkapkan bahwa penutur bahasa Batak Toba memiliki kemampuan kognitif yang baik dalam menyandingkan kata-kata, dengan referensi benda-benda sekitar yang membuat kolokasi lebih mudah dipahami dan digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Terakhir, pemahaman penutur yang diperoleh melalui angket menunjukkan hasil yang sejalan dengan makna yang diperoleh dari kajian semantik kognitif. Dr. Beslina menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan kamus kolokasi bahasa Batak Toba berdasarkan pembentukan dan pemaknaan kolokasi ini.